Wanita Guru Pertamaku

Penulis : Aman (2250100034)
 

Guru adalah manusia yang harus digugu, ditiru dan diteladani. Guru bukan hanya berdiri didepan kelas untuk mentransfer ilmu, tapi lebih luas dari itu guru adalah orang yang berjasa memberikan ilmu kepada kita baik secara formal atau non formal. Seperti ungkapan Sayyidina Ali “ Saya mau jadi hamba bagi orang yang mengajariku satu huruf”. Ungkapan ini menjadi motivasi bagi kita bahwa hidup ini harus ada yang menjadi panutan.

Selain guru yang mengajari saya dalam belajar menulis dan berhitung. Ada seorang sosok wanita yang luar biasa yang menjadi malaikat bagi saya dan ia merupakan tempat pertama bagiku belajar dan menerima kasih sayang. Dia bukan hanya sebagai guruku, tapi lebih dari itu dia juga sebagai Madrasah bagiku. Tubuh dan segala tingkah lakunya, jiwa, rasa dan segala bentuk ekspresinya dalam sumber belajar pertama, paling utama mulai dari alam rahim.

Maka wajar jika ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya dan beliau adalah orang pertama yang harus dihormati dan disayangi. Seperti yang termaktub dalam Hadits Nabi di bawah ini:
“ Dari Abi Hurairah radiallahu ‘anhu dia berkata datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “ Wahai Rasulullah siapa yang paling berhak aku cintai ? Beliau menjawab “Ibumu” kemudian dia bertanya siapa lagi ya Rasul? Beliau menjawab “ Ibumu” dia bertanya lagi kemudian siapa ya Rasul? Beliau menjawab “ Ibumu” dia bertanya lagi kemudian siapa? Beliau menjawab “ Ayahmu” (HR. Bukhari ).

Dia bukan keturunan dari bangsawan, bukan juga dari garis keturunan hartawan dan bukan pula dari keturunan purnawirawan, tapi dia terlahir dari rahim seorang petani dan dari sosok ayah yang juga seorang petani. Namun dimataku dia adalah sosok malaikat yang amat lembut. Aku sangat mencintai dia. Karena diwajahnya selalu terpancar senyum ceria menikmati aktivitas atau rutinitas seorang ibu rumah tangga yang diawali dengan basmalah ketika terbit fajar sodiq diufuk timur beliau sudah bangun dari tidurnya. Beliau berkemas untuk melaksanakan shalat Shubuh dan selanjutnya menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga. Kemudian dia mengantar anaknya untuk berangkat sekolah sampai didepan pintu dengan pelukan hangat dan senyuman manis. Dan ibuku bersiap-siap untuk pergi ke ladang membantu ayah mencari nafkah.

Ibuku adalah wanita hebat yang rela banting tulang dibawah panasnya terik matahari bahkan hujan sekalipun bukan menjadi hambatan dan rintangan membantu ayah mencari nafkah keluarga. Ibu juga merupakan sosok guru dalam mendidik anak-anaknya. Ibu adalah guru yang tak pernah mendapat honor dan tidak pernah mendapat penyematan tanda jasa. Ibu merupakan sosok tangguh dan perkasa serta beliau lebih kuat seorang atlit dan binaraga.

Ibu tidak pernah takut dalam perjalanan hidupnya seperti ketika ibu harus membendung air matanya, keringatnya bercucuran, darahnya tumpah berliter-liter, isi perutnya koyak, menahankan sakitnya melahirkan buah hati yang setara dengan sakitnya ketika 20 tulang patah dalam waktu yang sama. Dia tidak pernah memikirkan jiwanya, namun perioritas utama baginya adalah keselamatan buah hatinya lahir kedunia dengan sempurna. Tapi tidak sampai disitu, beliau rela jatah tidur dan istirahatnya terkuras kesehatannya tergadaikan dan seluruh nutrisinya ditransfer melalui Air Susu Ibu ketubuh anak. Maka tidak heran ketika semua ajaran agama menganjurkan untuk menjadikan ibunya sebagai cinta pertamanya.

Ibuku cinta pertamaku di dunia ini, aku merindukan peluk lembut ibu dan cinta yang kurasakan saat lenganku memelekmu. Aku rindu melihat senyuman indahmu dan suara ibu yang menyebut namaku. Aku rindu ibu berkata “ Aku mencintaimu nak “ dan aku berkata “ aku mencintaimu ibu”. Karena Ibu adalah orang yang terbaik dalam hidupku. Wanita yang bisa mengorbankan hidupnya untukku. Ibuku tanpamu hidup ini terasa hampa , karena tidak ada merasa sedih ketika aku terluka.

Ibu, surga ada ditelapak kakimu. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa mulianya sosok ibu. Bahkan dalam Islam seorang Ibu tetap menjadi tanggungjawab anak laki-lakinya walaupun mereka sudah berkeluarga. Seorang anak tidak boleh lupa mendo’akan sosok Ibu disetiap waktu .dan usahakan untuk membahagiakan dia. Beri kasih sayang kepada ibu yang selalu mengharapakanmu. Jangan buat sosok ibu kesepian dimasa tuanya. Ingatlah suara dan kehadiranmu selalu dinantikan oleh sosok ibu, ia akan selalu ingat bahwa anak yang dulu begitu nyaman ditimangnya sekarang harus berada jauh dari dia.

Ingat, ridha Allah berada pada ridha orangtua, maka carilah ridha Allah dengan membahagiakan kedua orangtua, jangan sakiti hatinya, jangan bentak dia dan jangan dia merasa kesepian tanpa kehadiranmu. Dan jangan lupa doamu disetiap shalatmu. Dan hibur hatinya dengan baktimu.

Dalam ajaran Islam ada tiga perempuan yang menjadi tanggungjawab seorang laki-laki yaitu ibu, anak perempuan dan saudara perempuan. Seorang ibu wajib bagi anak laki-laki untuk merawat dan mengasuhnya sampai unsia senjja walaupun dia sudah menikah. Al-Qur’an surat Al Isra’ ayat 23-24 memberi penjelasan kepada kita bahwa kita tidak boleh berkata kasar (ah) kepadanya, menghardiknya, dan katakanlah kepadanya dengan ungkapan yang lemah lembut yang tidak menyakiti hatinya.

Selain itu kandungan surat Al-Isra ayat 23-24 memerintahkan kita untuk selalu patuh dan berbakti kepada kedua orang tua. Adapun hadits yang mengingatkan kita untuk selalu hormat, mencintai dan berbakti kepada orang tua juga disebutkan dalam hadits
“Bahwasannya ia (Mu’awiyah bin Jahimah) datang kepada Nabi saw., lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, dan aku datang untuk meminta petunjukmu.” Nabi saw. bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?”, “Iya” “Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua kakinya.” (HR. Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ahmad, Ath-Thabarani).

Jika tidak taat kepada kedua orang tua adalah termasuk dosa terbesar. “Dosa-dosa besar yang paling besar adalah: syirik kepada Allah, membunuh, durhaka kepada orang tua, dan perkataan dusta atau sumpah palsu.” (HR. Bukhari dan Muslim).