Internalisasi Nilai-Nilai Akhlakul Karimah pada Siswa SMP

Penulis : Lukman Hasibuan (2250100014)
 

Sekolah sejatinya menjadi lembaga yang mampu menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab sesuai dengan tuntunan dalam sila ke-2 didalam Pancasila yang menjadi acuan dasar bagi bangsa Indonesia, jika ditelisik dengan seksama bahwa salah satu rasa syukur kepada Alloh SWT bagi seorang pelajar adalah dengan menunjukkan semangat yang tinggi dalam mengembangkan potensi diri dengan memahami dan mempelajari materi pembelajaran yang diberikan oleh para pendidik, juga dengan selalu berdo’a dan mengharapkan ridho dan taufiq dari Alloh sang maha pemilik ilmu.

Belakangan ini, kita dipertontonkan oleh berbagai bentuk kesalahan dan prilaku yang tidak terpuji terhadap berbagai lini kehidupan, misal rumah tangga yang tidak akur dan bahkan bak seperti neraka padahal cita-citanya menginginkan keluarga itu menjadi tempat rahmad, Sakinah dan mawaddah, sehingga akan lahirlah manusia-manusia yang memiliki potensi kebajikan dan terjaga dalam hidupnya. di sekolah, yang seharusnya menjadi sarana transfer ilmu pengetahuan, pengalaman dan budi pekerti kini menjadi lembaga tertutup dan bahkan saat ini kita tidak mampu melihat nilai-nilai luhur ilmu pengetahuan didalammya, bahkan yang sangat menyedihkan kita hanya melihat proses kerja dan ambil gaji selesai realita pendidiknya. Lain lagi dimasyarakat, kita melihat ketidakadilan, penindasan, melanggar aturan, penguasaan yang kuat terhadap yang lemah, dan lain sebagainya, pertanyaan nya saat ini adalah kemanakah nilai-nilai religius bangsa Indonesia yang kita cintai ini?

SMP Negeri 1 Pinangsori yang merupakan salah satu lembaga pendidikan pemerintah yang ada di Kecamatan Pinangsori melihat dan juga merasakan bagaimana nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia mulai tergerus surut oleh prilaku-prilaku yang dipertontonkan dimasyarakat, sehingga dari kegetiran ini harus disikapi dengan serius dan harus ada implikasi real yang harus dicontohkan, diajarakan, dijaga dan dilestarikan kepada peserta didik sehingga mampu memberikan nilai positif dan menjadi role model bagi seluruh stakeholder yang ada di SMP Negeri 1 Pinangsori.

Dalam mengimplementasikan dan melanjutkan progress rencana kegiatan pada satuan Pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek dan sebagai perpanjangan tangan pemerintah terkhusus dinas Pendidikan Tapanuli Tengah yang telah telah diterbitkan sebagai acuan pelaksanaan P5 di SMP Negeri 1 Pinangsori, dalam pelaksanaan kurikulum merdeka SMP Negeri 1 Pinangsori menekankan akan pentingnya sebuah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajaran Pancasila (P5).

Lalu dalam pelaksanaan ini tentunya ada target yang harus dicapai oleh satuan Pendidikan target utamanya adalah bagi peserta didik SMP Negeri 1 Pinangsori agar berinovasi agar mampu mensiasati sistem yang memiliki progres tepat sasaran dalam merumuskan rancangan pelaksanaan dibutuhkan penguasaan dan kemapuan dan pemenuhan kebutuhan peserta didik serta kehati-hatian bagi guru yang menjadi fasilitator pelaksanaannya, jika target yang akan dicapai adalah kemampuan kognitif maka seorang fasilitator harus mengidentifikasikan titik tolak capaian pembelajaran, jika target yang akan dicapai adalah kemampuan afektif peseta didik maka harus mampu menganalisis peserta didik dari lingkungan rumah tangga, teman bermain dan juga lingkungan kesehariannya, sebagai modal dasar pembentukan karakter nya disekolah, jika target yang akan dicapai adalah psikomotorik peserta didik tentunya kita melihat kemampuan dari peserta didik itu sendiri.

Dalam pembahasan ini penulis hanya menekankan bagaimana meningkatkan atau menyesuaikan kemampuan peserta didik dalam pencapaian kemampuan afektif, sehingga nantinya di SMP Negeri 1 Pinangsori memiliki batasan minimal dalam menekankan sikap sosial dan sikap moral disekolah, umumnya banyak peserta didik yang memiliki latar belakang berbeda dalam kehidupannya, dari segi agama, suku, ras, keluarga maupun lingkungan, tentunya keragaman ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan maupun pengetahuan siswa terhadap sikap moral dan sosial.

Sejatinya seorang peserta didik memiliki modal dasar dalam perjalanan tumbuh kembangnya, peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi kebaikan yang akan menghantarkannya kepada kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya, akan tetapi berbagai faktor luar dan pergaulan buruk yang selalu hadir dan menjadi pengaruh kuat dalam hidupnya mampu memadamkan fitrah akan potensi kabaikannya.

Disinilah tugas pendidik agar mampu mengembalikan potensi kebaikan yang mulai pudar dan menghilang dari para peserta didiknya dengan memberikan pengaruh kebaikan kepada peserta didiknya sehingga menjadi pengaruh positif yang selalu hadir untuk menyingkirkan faktor-faktor negatife yang mempengaruhi kehidupan peserta didik, benarlah semboyang dari Ki Hajar Dewantara bahwa “ ing ngarso sing tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” dari ketiga posisi seorang pendidik harus mampu memilah dan memilih kondisi yang sesuai dengan peserta didiknya. Rasulullah Muhammad SAW menyatakan bahwa : Sesungguhnya akau diutus untuk menyempurnakan akhlak (HR.bukhari)

Dalam islam akhlak merupakan bunga diri, buah dari keimanan dan kataqwaan sehingga orang yang berakhlak adalah salah satu tanda keutamaan seorang manusia, dan juga didalam Pendidikan Indonesia sejatinya akhlak merupakan pondasi dalam setiap lini kehidupan manusia, baik dari latar belakang apapun bagaimanapun seseorang akan dinilai dari akhlak yang dimilikinya, Pendidikan akhlak mencakup sikap sosial maupun sikap moral dan sikap afektif ini wajib dimiliki bagi pendidik maupun peserta didik.

Dilingkungan sekolah sejatinya nilai-nilai akhlak harus mampu dicontohkan lebih dahulu oleh seorang pendidik sehingga menjadi role model bagi para peserta didiknya, sudah seharusnya pendidik meninggalkan segala bentuk prilaku maupun tutur kata yang tidak sesuai dan rendah, dengan prilaku luhur dan kata-kata mulia.

Etika pergaulan peserta didik dan pendidik

Dalam pergaulan sehari hari sebaiknya seorang peserta didik memahami betul apa sebenarnya tujuan dan harapan yang akan dicapai dalam kehidupannya ia juga harus mampu menyadari diri sendiri tentang tumbuh kembangnya, sejatinya peserta didik yang berada di SMP Negeri 1 Pinangsori merupakan fase remaja, antara anak-anak yang akan tumbuh menjadi dewasa, hal yang tersulit untuk dipahami oleh remaja adalah kemampuan untuk lepas dari pengaruh besar ketergantungan dari orang tuanya, seorang remaja yang ingin mencapai tahap mandiri serta mancari kondisi sosial agar diakui oleh lingkungannya, terkadang kondisi seperti inilah yang harus mampu ditanggapi dan diberikan masukan bagi remaja dari orang tuanya, jikalau lalai dalam masa kritis ini maka kemungkinan buruk akan terjadi kepada seorang remaja, kaingintauannya dapat melenceng jauh disebabkan salah dalam menyikapi dan mencontoh berprilaku yang tidak tepat dijadikan teladannya.

Demikian juga dilingkungan sekolah masa remaja bagi peserta didik akan menimbulkan berbagai macam prilaku buruk dalam memahami dan mengartikan cara bersosial ditengah-tengah teman sebayanya, disini jugalah tugas berat bagi pendidik dalam menafsirkan setiap keinginan dan kerisauan yang dialami oleh peserta didik yang masih remaja, sikap terbaik adalah dengan memberikan tauladan dan memberikan informasi yang benar agar peserta didiknya selamat dari prilaku yang dapat menjerumuskannya kepada hal-hal buruk nantinya.

Bila kita meminjam akan konsep tumbuh kembang manusia pada fase anak-anak menuju dewasa, Anak-anak tentunya remaja merupakan fase perkembangan yang berbeda,setelah berada di fase anak-anak, mereka akan memasuki fase peralihan yang disebut sebagai remaja. dimasa peralihan ini, akan ada banyak sekali perubahan baik secara fisik maupun kematangan emosional para remaja difase ini diperkirakan rentang usia remaja adalah pada usia 10 sampai dengan 18 tahun.

Di dalam konsep ini umumnya terbagi atas 3 (tiga) fase yakni : early, middle, dan juga late. Peserta didik yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama masuk kedalam katagori early dan middle, maka nantinya pada fase ini akan ditemukan berbagai macam kendala remaja dalam mengenal dirinya , lingkungannnya maupun konsep sosial yang sesuai dengan dirinya. remaja dalam kehidupan sosialnya tidak lepas dari pergaulan dengan remaja lainnya. remaja dituntut memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. dalam pergaulan antar remaja, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat selalu diperlukan etika atau lebih tepat etiket (tata sopan santun) pergaulan. Pergaulan adalah hubungan yang di bangun oleh sesama manusia tanpa mengenal batasan. Jadi pergaulan bersifat tidak terbatas, sehingga pergaulan tidak selamanya tidak dapat dikatakan baik. baik dan buruknya suatu pergaulan dapat di tentukan oleh komponen yang ada di dalamnya.

Etiket yang terjadi dikalangan remaja tentunya memiliki latar belakang dan pengaruh yang mendominasinya, jika didominasi dengan akhalak mulia maka output yang dihasilkan juga prilaku baik dan sopan demikian juga sebaliknya, jadi diperlukan peran orang tua agar mampu memberikan stimulus yang baik bagi remaja melalui pergaulan, komunikasi dan juga hubungan timbal balik anatara peserta didik dan orang tuanya dirumah, rumah merupakan awal kehidupan manusia jikalau pondasi prilaku seorang anak rusak dikeluarganya maka akan terbawa samapai ke kehidupan sosial yang lebih kompleks.

Di sekolah tentunya peserta didik yang telah memiliki kemampuan sosial yang baik dengan akhlak yang mulia dari Pendidikan yang telah ditanamkan orangtua dirumah, tentunya juga akan menghadapi persoalan dalam kehidupan disekolah, karena keragaman yang dimiliki sekolah juga akan memberikan pengaruh kepada peserta didik sehingga ikut memberikan andil apakah mampu bertahan dengan akhlak mulia ataukah terpengaruh dengan teman yang berprilaku buruk.

Pendidik merupakan komponen utama yang ada di sekolah dan merupakan sosok insan yang konsisten terhadap nilai-nilai keutamaan, keilmuan dan sikap yang luhur sebagai bentuk teladan untuk digugu dan ditiru oleh peserta didik nya, tentunya nilai-nilai luhur ini harus mampu di presentasikan oleh seorang pendidik dengan benar dan sesuai dengan kehidupannya, sehingga proses transfer nilai-nilai prilaku terpuji mampu dicopy peserta didik dengan pemahaman yang sesuai dengan fitrah peserta didik tersebut.

Seorang pendidik yang hebat tentunya harus memiliki keunggulan tertentu, baik dalam mentransfer ilmunya serta menjaga hubungan yang ideal dengan peserta didik, juga kepada komunitas sekolah serta pihak lainnya seperti dengan komite dan orang tua. pendidik juga harus bersikap profesionalitas yang tinggi yaitu keinginan untuk memperbaiki diri dan mengikuti perkembangan zaman sehingga penting bagi seorang pendidik untuk membangun dan menjaga etos kerja yang positif, menjunjung tinggi pekerjaan, menjaga diri dalam melaksanakan pekerjaan dan keinginan untuk melayani masyarakat. Lebih jauh lagi, pendidik juga harus memperhatikan penampilannya baik secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian dan kerohanian sehingga dapat menjadi motivator bagi peserta didiknya.

Solusi dan rancangan ideal akhlakul karimah

Dalam meningkatkan nilai akhlakul karimah di lingkungan SMP Negeri 1 Pinagsori tentunya, harus memiliki aturan yang mengakomodir nilai-nilai akhlakul karimah serta mampu untuk dilaksanakan oleh setiap individu di sekolah, setiap individu harus menyadari bahwa setiap prilaku buruk akan memberikan efek buruk terhadap citra sekolah, dalam pergaulan peserta didik di SMP Negeri 1 Pinangsori setidaknya penulis membuat catatan bahwa setiap pribadi harus mampu menyadari peran penting setiap individu yang ada disekolah sehingga dari kesadaran inilah akan muncul suatu sikap untuk menjadi teladan terhadap diri sendiri juga orang lain, seorang pendidik harus mampu menyadari peran pentingnya dalam memberikan motivasi dan pengajaran serta pengawasan kepada peserta didik, peserta didik juga harus mampu menyadari peran pentingnya bahwa nilai Pendidikan akan tercermin dari prilaku yang ditunjukkannya dalam pergaulan sosialnya.

Idealnya bahwa ada keterkaitan antara pendidik dengan peserta didiknya dalam hubungan symbiosis mutualisme sehingga terciptanya hubungan sosial sebab akibat yang berusaha memasukkan nilai atau memasukkan sikap ideal yang mampu mengakomodir nilai-nilai akhlak mulia yang penekananya terdapat pada Pendidikan agama dan Pendidikan Pancasila (PKn). Diperlukan kerja keras bagi seluruh pendidik agar mampu mengkolaborasikan nilai akhlak pada setiap mata pelajaran sehingga para peserta didik terus diperkenalkan dan dimotivasi kepada prilaku akhlakul karimah.

Apabila proses ini terus berjalan dan setiap pendidik bersedia untuk terus mendampingi dan mengasuh serta mengasah naluri dan mengisi sanubari para peserta didik maka dapat dipastikan bahwa proses internalisasi nilai akhlakul karimah akan menghasilkan buah prilaku terpuji, baik bagi pendidik sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap ilmu yang dimiliki serta bagi peserta didik sebagai pembuktian diri dalam meningkatkan potensi diri sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa, sehingga terbentuklah insan kamilan yang berkepribadian utuh manusia Indonesia.

Akhirnya proses internalisasi akhlakul karimah menjadi kebiasaan best praktice yang mampu dilaksanakan oleh seluruh komponen sekolah sehingganya dengan menjaga tradisi akhlakul karimah akan melahirkan para intelektual yang memahami potensi dirinya untuk menjadi hamba yang bersyukur maka dapat dipastikan bahwa tujuan pendidikan yang tertuang dalam cita-cita kemerdekaan dapat terwujud dengan sempurna.