Penulis : Minar Tumanggor (2250500023)
Mathematics merupakan mata pelajaran dasar untuk bidang sains maupun sosial. Concept reinforcement pada mata pelajaran ini harus dipahami betul agar tidak terjadi miskonsepsi pada peserta didik. Pada saat masa Pandemi Covid-19 kemarin, pembelajaran dilakukan secara daring termasuk pembelajaran matematika. Hal ini dianggap efektif untuk mengurangi tingkat penyebaran virus Covid-19.
Pembelajaran yang dilakukan secara daring tentunya membawa perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan. Metode dan bahan ajar yang diperlukan dalam pembelajaran daring pun akan sangat berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan secara face to face.
Hal ini tentunya membuat guru harus bisa beradaptasi secara cepat terhadap perkembangan zaman. Berbagai aplikasi dan platform pembelajaran pun bermunculan. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan selalu ada dampak positif dan negatif yang akan muncul. Salah satu dampak positif dari kegiatan tersebut adalah guru dan peserta didik jadi lebih melek teknologi, sedangkan dampak negatif kondisi tersebut adalah dikhawatirkan adanya Learning Loss.
Based on The Glossary of Education Reform, Learning Loss diartikan sebagai kehilangan atau keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang merujuk pada kemampuan akademis, umumnya terjadi pada kesenjangan yang berkepanjangan misalnya yang terjadi pada saat pandemi Covid-19 kemarin.
Secretary General Federasi Serikat Guru Indonesia, Heru Purnomo pun menyampaikan kekhawatirannya terkait Learning Loss. Menurutnya, jika kurikulum tatap muka menargetkan 12 Bab untuk 1 mata pelajaran dalam setahun, maka di kala pandemi sekolah/madrasah hanya mampu memberikan setengahnya saja atau bab yang esensial saja. Untuk mengejar ketertinggalan materi pun terkadang beberapa materi langsung diberikan secara luring kepada peserta didik sebagai ketentuan penilaian.
Dampak Learning Loss yang berkepanjangan dikhawatirkan akan mempengaruhi keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Salah satu contohnya adalah peserta didik kelas 7 SMP/MTs yang mendapatkan keterbatasan selama proses pembelajaran sehingga belum menguasai operasi perhitungan pecahan akan mengalami kesulitan dalam pelajaran di jenjang berikutnya. Ketertinggalan kompetensi ini akan terus bertambah dan semakin menghambat terutama ketika Learning Loss terjadi pada pemahaman dan keterampilan dasar secara terus-menerus.
Bagaimana cara mengajar matematika agar tidak terjadi Learning Loss?
Tentunya sebagai aktor utama dalam dunia pendidikan, tugas guru adalah sebisa mungkin mengurangi risiko Learning Loss tersebut.
Pada pembelajaran matematika setidaknya ada dua cara mengajar matematika yang bisa dilakukan agar tidak terjadi Learning Loss.
Cara mengajar pertama adalah dengan menerapkan pembelajaran yang seimbang. Pada cara mengajar ini, guru harus mengutamakan terjadinya sinkronus dan asinkronus pada saat pembelajaran berlangsung. Sinkronus sendiri berarti guru dan peserta didik bisa bertatap muka secara virtual dan real time.
Guru bisa menggunakan aplikasi komunikasi yang menggunakan video untuk menjelaskan konsep atau materi yang akan diberikan. Pada langkah ini, guru dan peserta didik bisa saling berinteraksi dan mempresentasikan hasil tugas peserta didik agar konsep terhadap mata pelajaran matematika dipahami dengan baik oleh peserta didik.
Kemudian pada tahap asinkronus, guru bisa memberikan tugas dan penilaian sesuai materi yang diberikan ketika sesi sinkronus, misalnya saja dengan pemberian kuis atau permainan yang memiliki video interaktif. Setelah itu guru bisa mengoreksi hasil kerja peserta didik atau melihat dan merekap kuis hasil peserta didik tersebut dan mengidentifikasi serta mengevaluasi aspek apa saja yang perlu dikuatkan pada materi tersebut.
Kedua, memilih cara pengajaran untuk meminimalisir terjadinya Learning Loss, contohnya blended learning yang merupakan perpaduan dari pembelajaran secara daring maupun luring (dilaksanakan dengan tatap muka terbatas).
Berikut adalah Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk penerapan Blended Learning.
- Guru membagikan materi yang akan diajarkan dan membaginya kedalam kelompok A dan B. Materi kelompok A berisikan materi yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik dari rumah dan materi kelompok B berisikan materi yang perlu dipandu oleh guru pada pertemuan tatap muka yang dilakukan di sekolah/madrasah.
- Guru membagikan tugas materi kelompok A melalui e-learning (bisa berupa LMS atau jenis lainnya) untuk dipelajari peserta didik di rumah.
- Guru memanfaatkan fitur obrolan atau diskusi dalam e-learning (bisa menggunakan aplikasi Whatsapp). Guru bisa memulai kegiatan tanya jawab untuk memastikan apakah ada kendala atau kesulitan peserta didik dalam memahami materi yang diberikan dan memandu penyelesaian tugas lainnya.
- Peserta didik mengunggah hasil kerjanya pada e-learning atau e-mail dan guru melakukan koreksi hasil kerja peserta didik tersebut. Pada tahap ini, guru bisa mengidentifikasi materi/ topik mana saja yang masih membutuhkan penguatan dari hasil tugas peserta didik.
- Guru memberikan penguatan materi secara tatap muka di sekolah/madrasah berdasarkan hasil identifikasi pada tahap keempat.
Nah, salah satu Platform terbaik untuk cara mengajar materi matematika secara seimbang ataupun Blended Learning adalah Platform Alef dari Alef Education.
Platform Alef dari Alef Education menyediakan platform pembelajaran matematika interaktif yang bertujuan untuk menguji pemahaman dan pengetahuan matematika peserta didik dan juga tersedia kuis-kuis untuk membantu kelulusan peserta didik dalam tes atau ujian.
Platform Alef sendiri menggunakan metode GASING yang pasti membuat kegiatan belajar dan mengajar matematika makin asyik dan menyenangkan. Platform Alef untuk peserta didik dapat membantu mereka lebih memahami materi yang sudah diajarkan. Sementara itu, guru akan mendapat manfaat berupa media pembelajaran video, bank soal lengkap dengan pembahasan, permainan menarik agar kelas tidak membosankan dan juga guru juga akan mendapatkan hasil analisis dari kinerja peserta didik.