Kamis, 21 November 2024 Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan
Telepon
(0634) 22080
E-Mail
pascasarjana@uinsyahada.ac.id
Alamat
Jl. T. Rizal Nurdin, Km. 4,5 Sihitang, Padangsidimpuan
Peran Komunikasi dalam Membangun Hubungan yang Kuat dalam Perspektif Islam – Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan

Peran Komunikasi dalam Membangun Hubungan yang Kuat dalam Perspektif Islam

Penulis : Ahmad Sultoni Matondang (2450400008)
 

Ajaran Islam menekankan pentingnya hubungan antar individu. Konsep ukhuwah (persaudaraan) menjadi salah satu pilar utama dalam menciptakan solidaritas sosial. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang mengingatkan umat untuk saling menghormati, membantu, dan berinteraksi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang baik adalah bagian integral dari kehidupan beragama. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Interaksi antar individu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan emosional dan sosial. Dalam Islam, membangun hubungan baik dengan sesama dianggap sebagai suatu bentuk ketaatan kepada Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan bagaimana komunikasi yang baik dapat memperkuat ikatan sosial dan menciptakan lingkungan yang positif.

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi adalah kunci untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan harmonis, baik itu dalam konteks keluarga, persahabatan, maupun masyarakat. Dalam perspektif Islam, komunikasi tidak hanya dianggap sebagai alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat ikatan emosional dan spiritual antar individu. Artikel ini akan mengulas peran komunikasi dalam membangun hubungan yang kuat, dengan rujukan pada ajaran Islam.

Dalam Islam, setiap tindakan yang dilakukan dengan niat yang baik dapat dianggap sebagai ibadah. Komunikasi yang dilakukan dengan tujuan mempererat hubungan, menyampaikan kebaikan, dan membangun saling pengertian adalah bagian dari ibadah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan komunikasi yang efektif dan penuh kasih sayang. Beliau selalu menyapa dengan baik, berbicara dengan lemah lembut, dan menunjukkan empati kepada setiap orang yang dijumpainya. Dalam hal ini, komunikasi menjadi sarana untuk menebar kebaikan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Kejujuran merupakan pilar utama dalam setiap hubungan yang sehat. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” (QS. Al-Ahzab: 70). Kejujuran dalam berkomunikasi menciptakan kepercayaan yang merupakan fondasi dari hubungan yang kuat. Ketika seseorang berbicara dengan jujur, maka lawan bicaranya akan merasa dihargai dan dihormati. Hal ini dapat mencegah munculnya konflik dan salah paham yang sering kali merusak hubungan.

Komunikasi bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga mendengarkan. Dalam banyak kesempatan, mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan bentuk penghormatan yang besar. Islam mendorong umatnya untuk mendengarkan orang lain dengan baik. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai seseorang yang mendengarkan dengan baik.” Dengan mendengarkan, kita tidak hanya memahami apa yang orang lain sampaikan, tetapi juga merasakan apa yang mereka rasakan. Ini membantu menciptakan ikatan yang lebih dalam dan meminimalisir potensi konflik.

Dalam Islam, ghibah (menggunjing) dan fitnah (menyebarkan berita bohong) sangat dilarang. Keduanya adalah bentuk komunikasi yang merusak hubungan antar individu. Ghibah dapat menghancurkan reputasi seseorang dan menimbulkan perpecahan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

“Dan janganlah kamu menggunjing satu sama lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (QS. Al-Hujurat: 12). Oleh karena itu, menjaga ucapan dan menghindari pembicaraan yang merugikan orang lain adalah langkah penting dalam membangun hubungan yang kuat.

Komunikasi positif mencakup penggunaan kata-kata yang membangun, memberikan dorongan, serta menunjukkan rasa syukur. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengajarkan kita untuk berbicara dengan baik dan menggunakan kata-kata yang baik. Contoh yang baik dapat dilihat dalam interaksi Nabi Muhammad SAW dengan sahabat-sahabatnya. Beliau selalu menggunakan kalimat yang positif dan memberikan semangat kepada orang-orang di sekitarnya. Komunikasi positif ini dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan mendukung, yang pada gilirannya memperkuat hubungan.

Dalam Islam, doa juga merupakan bentuk komunikasi yang sangat penting. Berdoa untuk orang lain menunjukkan kepedulian dan kasih sayang kita terhadap mereka. Doa dapat menjadi penghubung yang kuat antara individu, serta antara manusia dengan Allah SWT. Ketika kita mendoakan kebaikan untuk orang lain, kita tidak hanya mengharapkan yang terbaik bagi mereka, tetapi juga memperkuat ikatan emosional kita dengan mereka.

Kesimpulan

Komunikasi dalam perspektif Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membangun hubungan yang kuat. Melalui komunikasi yang jujur, empatik, dan positif, serta dengan menghindari ghibah dan fitnah, kita dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan saling mendukung. Selain itu, memperkuat hubungan melalui doa juga menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi dalam Islam. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat membangun hubungan yang tidak hanya kuat secara sosial, tetapi juga bermakna secara spiritual.