Kamis, 21 November 2024 Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan
Telepon
(0634) 22080
E-Mail
pascasarjana@uinsyahada.ac.id
Alamat
Jl. T. Rizal Nurdin, Km. 4,5 Sihitang, Padangsidimpuan
Peran Dakwah dalam Pengembalian Pemerosotan Akhlak Siswa – Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan

Peran Dakwah dalam Pengembalian Pemerosotan Akhlak Siswa

Penulis : Lola Sapriani Hasibuan (2450400012)
 

Pentingnya membentuk akhlak terpuji pada siswa sama dengan menyiapkan generasi yang taat kepada Allah SWT dan bekal bakti di masyarakat. Tidak hanya dituntut menimba ilmu yang diperoleh disekolah, namun pembentukan karakter siswa juga harus diperhatikan. Dakwah juga berperan sangat penting dalam hal pembinaan akhlak siswa. Namun akan lebih sulit dalam pengembalian akhlak yang telah hilang dari pola asuh awalnya.

Rusaknya akhlak siswa berfaktor dari banyak hal. Untuk itu, Orangtua harus lebih memperhatikan pola perkembangan pemikiran seorang anak. Pemerosotan akhlak ini tidak hanya karena gangguan luar, namun juga dari perbuatan atau kebiasaan yang dilakukan orangtua dirumah yang dijadikan contoh oleh anak. Penempatan bahasa pada siswa juga perlu diperhatikan, sebagian anak menunggu reaksi apakah hal ini juga diterapkan oleh siapa yang menyampaikan adab, sehingga anak juga dapat menirunya.

Tak heran akan hal itu, Gen Z lebih mengutamakan praktek yang dicontohkan secara terus terang daripada dengan embel-embel brifing panjang kata tak ada yang dilakukan. Karena pada dasarnya, pemikiran siswa di era ini lebih mengalami pendewasaan dari umur seharusnya. Jadi, peranan dakwah adalah cara utama yang harus dilakukan dalam permasalahan ini, dengan mengamati terlebih dahulu penyebab kemerosotan akhlak siswa.

Dilihat dari pangkal awal permasalahnnya, perkembangan teknologi seperti gadget yang dimana orangtua kurang memperhatikan akses anak terhadap gadget tersebut, pergaulan siswa yang tidak hanya berteman dengan teman sebayanya, dan anak broken home. Kasus ini menjadi penyebab kurangnya akhlak siswa. Untuk itu, dalam membenahi kembali akhlak siswa dengan membatasi atau memperhatikan akar masalahnya.

Dari kasus terbanyak, jatuh pada masalah gadged dan game online, siswa telah banyak yang terbuai akan aplikasi yang sebenarnya merugikan siswa. Ditambah lagi dengan pertemanan dengan orang yang lebih tua darinya. Dampak game online yang merusak akhlak siswa salah satunya adalah tuntutan dari game itu sendiri dengan melakukan top up atau membeli diamond yang diperlukan untuk kebutuhan game.

Kebanyakan siswa akan memaksa keinginannya meskipun harus melawan, membentak, dan memaksa orangtuanya. Pemerosotan akhlak siswa ini harus segera dibenahi kembali dengan melihat metode dakwah yang mudah diterima oleh siswa, disesuaikan dengan karakter siswa itu sendiri.

Peran dakwah dalam hal ini ialah dapat menjadi jalan untuk siswa dibina kembali ke akhlakul kharimah. Siswa diarahkan kepada pola asuh kejujuran dan menyadarkan siswa pada kepribadian yang dicontohkan oleh Rasulullah dan menyadarkan kembali akan perbuatan baik dan buruk. Meski demikian, pemilihan metode penyampaian dakwah ini tidak dapat dilakukan secara keseluruhan, melainkan harus dilaksanakan bertahap dengan mempelajari satu-persatu karakter siswa yang ingin dibina. Karena pada dasarnya sikap satu siswa dengan yang lainnya tidaklah sama.

Kerja sama antara orangtua dan guru sangat dibutuhkan. Pengembalian karekter siswa ke jalan yang baik tidaklah mudah apalagi telah sampai pada kerusakan akhlak yang pernah dilakukan sebelumnya. Hingga tindakan akhir yang harus dilakukan orangtua adalah dengan melanjutkan pendidikan siswa kearah yang lebih religius atau menyambung pendidikannya kesekolah keagamaan atau pesantren, yang mana karakter seorang siswa akan dibina kembali, ditanamkan kasih dan taat kepada Allah SWT.

Selain itu, pondok pesantren akan memberikan celah bagi siswa untuk belajar mandiri dan memiliki tanggung jawab untuk dirinya sendiri, sikap menghormati, memiliki sikap tolerasi, tolong menolong, dan menanamkan sikap sopan santun yang baik, sehingga melahirkan penerus bangsa yang jujur dan bertanggungjawab. Tentunya ini sangat dibutuhkan oleh negara sebagai generasi sosial yang bijak demi kepentingan kesejahteraan bersosial di masyarakat.