Penulis : Siti Rahma Dongorang (2350100020)
era globalisasi yang ditandai dengan interaksi antarbudaya yang intensif dan perubahan sosial yang cepat, pendidikan Islam menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan dinamis. Tantangan ini tidak hanya bersifat internal, seperti bagaimana mempertahankan nilai-nilai agama yang autentik, tetapi juga eksternal, yaitu bagaimana memastikan ajaran tersebut relevan dengan kebutuhan dan realitas sosial yang beragam. Oleh karena itu, pendidikan Islam kini dituntut untuk lebih dari sekadar penyampaian dogma atau ajaran agama secara tradisional; ia harus juga mengusung prinsip moderasi beragama yang menjadi kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang harmonis di tengah keberagaman.
Moderasi beragama, yang menekankan pada sikap tengah, toleransi, dan penghargaan terhadap pluralitas, menjadi sangat penting dalam konteks global saat ini. Prinsip ini memungkinkan umat beragama, khususnya umat Islam, untuk berinteraksi secara positif dengan berbagai elemen masyarakat yang memiliki latar belakang budaya, agama, dan sosial yang berbeda. Dengan demikian, pendidikan Islam yang moderat dapat membantu mencegah polarisasi dan konflik yang sering kali muncul dari ketidakpahaman dan intoleransi.
Artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai peran strategis pendidikan agama Islam dalam mengembangkan moderasi beragama. Melalui tiga sub bahasan utama, yakni relevansi moderasi dalam pendidikan Islam, peran guru agama sebagai pelaku utama dalam penerapan pendidikan moderat, dan tantangan yang dihadapi dalam implementasinya di masyarakat modern, kita akan melihat bagaimana pendidikan Islam dapat diarahkan untuk membentuk generasi yang tidak hanya taat beragama tetapi juga mampu berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang plural dan dinamis. Melalui pendekatan ini, pendidikan agama diharapkan tidak hanya menanamkan keimanan tetapi juga mengembangkan kebijaksanaan beragama yang mampu menjawab tantangan zaman.
A. Relevansi Moderasi dalam Pendidikan Islam
Moderasi beragama adalah pendekatan yang menekankan pentingnya keseimbangan, toleransi, dan saling pengertian antar berbagai kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan, pendekatan ini sangat relevan karena pendidikan Islam tidak hanya berperan dalam membentuk pribadi yang taat beragama, tetapi juga sebagai sarana membangun karakter yang toleran dan terbuka. Menurut Kementerian Agama RI, pendidikan agama Islam yang moderat harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang plural dan dinamis (“Kementerian Agama RI, dalam Buku Pedoman Pendidikan Islam Moderat, 2020”).
Sebagai contoh praktis, di sebuah sekolah menengah di Indonesia, program pendidikan agama Islam moderat telah diterapkan dengan mengintegrasikan pelajaran yang berkaitan dengan etika lintas agama dan kegiatan sosial yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang agama. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan rasa pengertian dan toleransi di antara siswa. Melalui diskusi kelas dan proyek kelompok, guru-guru berusaha menanamkan nilai-nilai keberagaman dan mengajarkan bagaimana nilai-nilai Islam dapat diterjemahkan dalam konteks sosial yang lebih luas. Dalam salah satu sesi, guru menekankan bahwa, “Pendidikan Islam moderat memungkinkan siswa untuk menghargai keragaman sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang indah,” yang menunjukkan pentingnya memahami dan menghargai perbedaan dalam sebuah masyarakat plural (“Buku Pedoman Pendidikan Islam Moderat, Kementerian Agama RI, 2020”).
Kasus ini menggambarkan bagaimana pendidikan agama Islam yang berorientasi moderasi tidak hanya membuka wawasan siswa tentang toleransi dan koeksistensi yang damai, tetapi juga membekali mereka dengan kemampuan untuk berinteraksi secara positif dalam masyarakat yang beragam. Pendidikan jenis ini mendukung pembangunan karakter siswa yang tidak hanya taat pada ajaran agama mereka, tetapi juga sensitif dan responsif terhadap dinamika sosial yang terus berubah.
B. Peran Guru dalam Pendidikan Moderat
Guru agama memegang peran strategis dalam mewujudkan moderasi beragama. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai penyampai ilmu tetapi juga sebagai role model dalam praktik keberagamaan yang moderat. Kehadiran mereka di kelas memberi peluang emas untuk mempengaruhi persepsi dan sikap siswa terhadap toleransi dan keberagaman. Seperti yang dilaporkan oleh “Kompas” pada tahun 2021, guru agama diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai moderasi ke dalam proses belajar mengajar untuk memperkuat fondasi keberagamaan yang inklusif dan toleran (“Kompas, 2021”).
Sebagai ilustrasi, di salah satu SMA di Yogyakarta, seorang guru agama Islam bernama Pak Ahmad, telah mengambil langkah nyata untuk mengimplementasikan konsep moderasi beragama melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang inovatif. Dalam satu kegiatan, beliau mengorganisir sebuah forum diskusi yang mengundang pemuka agama dari berbagai keyakinan untuk berbicara mengenai esensi toleransi dalam agama masing-masing. Pak Ahmad menekankan pentingnya mendengarkan dengan empati dan menghormati perbedaan sebagai praktik dari moderasi beragama. “Menghargai perbedaan adalah kunci utama untuk menciptakan masyarakat yang harmonis,” ujar Pak Ahmad dalam forum tersebut, yang secara langsung menunjukkan aplikasi praktis dari nilai-nilai yang beliau ajarkan di kelas.
Studi kasus ini menunjukkan betapa krusialnya peran guru agama dalam mengedepankan moderasi beragama sebagai bagian dari kurikulum pendidikan. Melalui contoh nyata yang diberikan oleh Pak Ahmad, siswa tidak hanya belajar tentang teori-teori keberagamaan tetapi juga mengalami secara langsung bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan salah satu bentuk implementasi moderasi beragama yang efektif, di mana pendidikan tidak hanya berhenti di pengetahuan tetapi juga mempengaruhi sikap dan perilaku siswa.
C. Tantangan Implementasi Moderasi
Meskipun moderasi beragama telah diakui sebagai pendekatan penting dalam pendidikan, implementasinya di lapangan seringkali menemui hambatan, terutama ketika berhadapan dengan kelompok-kelompok yang memegang interpretasi agama yang kaku. Salah satu cara efektif untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan menyertakan dialog, diskusi, dan kritik sebagai komponen integral dari kurikulum pendidikan agama Islam. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh “ResearchGate” pada tahun 2022 menunjukkan bahwa kurikulum yang mendukung pemahaman keberagamaan yang luas dan inklusif dapat memperkuat moderasi beragama di Indonesia (“ResearchGate, 2022”).
Sebagai contoh konkret, sebuah sekolah menengah atas di Jakarta telah menerapkan kurikulum yang merangkul aspek-aspek moderasi beragama melalui kegiatan pembelajaran yang interaktif. Dalam program ini, siswa diajak untuk berpartisipasi dalam proyek kelas yang melibatkan studi komparatif tentang ajaran Islam dengan agama lain. Kegiatan ini dipimpin oleh Ibu Farida, seorang guru agama Islam, yang menekankan pentingnya dialog antaragama sebagai sarana memahami dan menghargai keberagaman. “Mengadakan dialog antaragama membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang keberagaman keyakinan dan menghindari sikap eksklusivitas,” ungkap Ibu Farida dalam sebuah sesi diskusi.
Proyek ini tidak hanya memperkaya pengetahuan siswa tentang agama-agama lain tetapi juga memperkuat kemampuan mereka untuk berempati dan berinteraksi secara positif dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan yang mempromosikan dialog dan pemahaman lintas budaya, resistensi terhadap moderasi beragama dapat berkurang secara signifikan. Implementasi strategi ini menunjukkan bagaimana pendidikan agama Islam dapat beradaptasi dan berinovasi untuk mengatasi tantangan moderasi beragama di era globalisasi saat ini.
D. Kesimpulan
Pendidikan Islam yang moderat berperan vital tidak hanya dalam membentuk individu yang taat beragama tetapi juga pribadi yang toleran dan adaptif terhadap perbedaan. Dengan mengatasi tantangan yang ada dan mengedepankan pendidikan yang inklusif, pendidikan Islam dapat menjawab kebutuhan sosial kekinian dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih damai dan harmonis
Referensi
- Kementerian Agama RI. Buku Pedoman Pendidikan Islam Moderat.” 2020.
- Peran Pendidikan Agama Islam dalam Memperkuat Moderasi Beragama di Indonesia.” ResearchGate, 2022. (PDF) Peran Pendidikan Agama Islam dalam Memperkuat Moderasi Beragama di Indonesia (researchgate.net)
- Guru Agama Punya Andil Penting dalam Moderasi Beragama.” Kompas, 27 Maret 2021. Guru Agama Punya Andil Penting dalam Moderasi Beragama – Kompas.id