Kamis, 21 November 2024 Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan
Telepon
(0634) 22080
E-Mail
pascasarjana@uinsyahada.ac.id
Alamat
Jl. T. Rizal Nurdin, Km. 4,5 Sihitang, Padangsidimpuan
Membaca sebagai Jalan Dakwah dan Penghubung Peradaban di Era Media – Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan

Membaca sebagai Jalan Dakwah dan Penghubung Peradaban di Era Media

Penulis : Eva Riyanty Lubis (2450400010)
 



Membaca merupakan fondasi pertama literasi. Dengan membaca, seseorang mampu memahami, mengevaluasi, merefleksikan, sekaligus mengembangkan pengetahuan dan potensi diri sendiri. Seseorang yang menjadikan membaca sebagai sesuatu yang melekat dengan dirinya, sejatinya akan mampu berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat. Agar mampu membaca dengan baik, seseorang harus mengenali kata demi kata, memahami kelompok kata, klausa, kalimat, serta teks secara keseluruhan. Karena ketika membaca, pemikiran, nalar, dan juga emosi dilibatkan sesuai dengan apa yang dibaca.

Peran Membaca dalam Peradaban Manusia

Menilik kehidupan manusia pada zaman prasejarah. Hidup penuh kegelapan sebab mereka belum memiliki aksara sebagai sarana untuk membaca dan menulis. Seiring perkembangan zaman, manusia telah memasuki era digital. Manusia modern harus mampu membaca dan menulis untuk mencapai tingkatan literasi yang lebih tinggi. Membaca membuat seseorang mampu berpikir logis, berimajinasi, menginterpretasi, sekaligus mentrasformasi ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tidak ada cara lain untuk mentrasfer bahan bacaan menuju otak manusia selain dengan membaca. Semakin banyak membaca, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang.

Mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada Peringatan Hari Buku Sedunia pada tanggal 23 April 2022 menyebutkan bahwa hanya pada mereka yang rajin membaca, melekat pikiran lebih terbuka, pandangan maju, dan kemampuan menerima keberagaman. Membaca membuat seseorang mampu meneladani wisdom para ilmuwan di seluruh dunia yang dibatasi ruang yang begitu luas dan perbedaan waktu ribuan tahun lamanya. Membaca karya terbaik mereka, mengantarkan sahabat sejati yakni luasnya ilmu pengetahuan.

Ilmu yang berasal dari buku yang tebal, berisi pengetahuan mendalam, dengan sejarah sekaligus sastra di dalamnya. Membaca buku tersebut seolah kita melakukan komunikasi secara langsung dengan sang penulis. Dengan membaca buku, kita menyelami daya pikir para tokoh hebat tanpa terpisah ruang dan waktu.

Menumbuhkan Kebiasaan Membaca Sejak Usia Dini

Kebiasaan membaca harus dimulai sejak usia dini. Budaya baca wajib dikenalkan orang tua untuk pertama kali. Misal dengan selalu membacakan dongeng sebelum anak tidur, membaca buku bersama setiap sore, dan berbagai contoh lainnya. Di luar hal tersebut, orang tua juga harus gemar membaca. Memanfaatkan waktu luang dengan membaca berbagai jenis buku. Sehingga anak meniru habituasi tersebut dan menjadikannya pula sebagai kebiasaan yang harus dilakukan setiap hari. Membaca sedikit demi sedikit namun dilakukan dengan konsisten, hingga akhirnya menemukan kenyamanan dan tidak bisa lagi lepas dari kegiatan tersebut.

Membaca harus dilakukan demi masa depan yang lebih baik. Semakin banyak masyarakat yang gemar membaca, semakin tinggi tingkat kecerdasan mereka. Tidak ada orang literat yang tidak suka membaca. Sebab tanpa membaca, jiwa menjadi lapar, haus, dan kering. Tubuh butuh asupan membaca agar mampu memaksimalkan fungsi di dalamnya.

Membaca : Kunci Masa Depan yang Lebih Baik

Membaca adalah gerbang mengantarkan seseorang menuju ilmu pengetahuan yang hendak dituju. Dengan membaca, seseorang tahu masa lalu, masa kini, dan juga masa mendatang. Dengan membaca, seseorang bisa berkenalan sekaligus menyelami ilmu dari para tokoh hebat dunia. Itu artinya, semakin banyak membaca, semakin bagus tingkat literasi seseorang.

Membaca juga mampu meningkatkan daya ingat seseorang. Saat membaca, seseorang dituntut memahami dan mengidentifikasi isi bacaan, kemudian mentransfer ilmu yang diperoleh bagi kepentingan diri sendiri atau orang lain.

Walaupun seseorang dikelilingi berpuluh-puluh tokoh sukses, baik dibidang akademik, jabatan, atau pekerjaan, ilmu yang mereka bagikan tidak akan sampai ke otak bila tidak membaca. Bagaimana mungkin ilmu yang mereka sampaikan bisa kita pahami sedang selama ini kita abai membaca?

Membaca adalah kebutuhan. Membaca membuat hidup jauh lebih berarti. Pemikiran menjadi eksis, kreatif, inovatif, dan memahami apa yang terjadi atau yang diinginkan diri sendiri serta orang sekitar. Dengan membaca, orang tahu siapa kita. Dengan membaca, terbentuk struktur berpikir logis. Sebagaimana dalam Al-Qur’an, ayat pertama berbunyi Iqra’ yang artinya membaca. Saking pentingnya perintah membaca, dalam Al-Qur’an kata ini disebut sebanyak 16 kali dalam 8 surat. Membaca tidak hanya sekadar membaca, namun juga menganalisa dan memahami situasi atau fenomena secara utuh.

Semakin sering membaca, semakin tinggi daya nalar seseorang. Semakin rajin membaca, semakin mudah menyelesaikan suatu masalah. Jika ingin meningkatkan kompetensi dan kapasitas, tidak ada cara lain kecuali membaca. Tanpa buku dan membaca, kita tidak akan dapat memahami dan mengeksplorasi dunia. Inilah yang membuat buku diibaratkan sebagai jembatan waktu.

Membaca adalah alat untuk memperbaiki diri sendiri. Dengan membaca, suatu bangsa dapat berkembang lebih baik. Sebab ilmu pengetahuan membawa peradaban bagi masyarakat di dalamnya. Saat seseorang gemar membaca, ia bisa mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Tak pernah hilang akal atau kendali. Cara pikir dan pola pandangnya luas. Sehingga setiap keputusan yang diambil dipikirkan dengan matang berikut dampak yang ditimbulkan.

Mulailah membaca. Sedikit demi sedikit hingga terbiasa. Tanpa ada perintah atau paksaan. Namun, dorongan dari dalam diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak hanya itu saja, membaca membawa segudang manfaat seperti yang telah dipaparkan di atas. Semakin terbiasa membaca, kemampuan memahami isi bacaan secara terisat atau tersurat akan mengalami peningkatan.

Media Digital sebagai Alat Dakwah dan Transformasi Sosial

Sejalan dengan dakwah, membaca merupakan landasan utama dalam menyampaikan ajarah, hikmah, serta nilai-nilai Islam bagi masyarakat. Seorang dai mampu menyebarkan kebaikan karena menjadikan membaca sebagai suatu kebiasan. Seperti ayat pertama yang diturukan kepada Nabi Muhammad Saw., Iqra’ yang artinya bacalah. Artinya membaca menjadi hal penting dalam menyebarkan Islam. Pendakwah tidak boleh hanya memahami teks agama, namun juga meningkatkan pemahaman sosial, budaya, teknologi dan tantangan yang dihadapi umat saat ini. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki, pesan dakwah yang disampaikan akan lebih mampu menyentuh hati masyarakat.

Media berperan penting dalam menghubungkan ilmu pengetahun dan informasi bagi umat Islam. Apalagi di era digital saat ini, media sosial menjadi alat efektif dalam penyebaran literasi dan dakwah. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dan pengetahuan tanpa batas ruang dan waktu. Misal, melalui internet, berbagai platform media sosial, dan lain sebagainya. Media digital juga menjadi ladang dakwah yang bentuknya dapat berupa e-book, video, musik, podcast dan lainnya yang dapat diakses kapan saja.

Oleh sebab itu, membaca bukan hanya menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari, namun juga menjadi bagian penting dari komunikasi sekaligus transformasi sosial. Melalui media, pesan-pesan dakwah dapat disebarkan seluas mungkin, sehingga diharapkan tercipta masyarakat cerdas dan beradab. Maka, pantaslah disebut bahwa siapa yang membaca, dia telah membangun puing peradaban.